Apa yang terlintas di benak Anda kala
mendengar kata "Inspektur Vijay", "Tuan Takur"? Yes,
Bollywood! Sebenarnya makanan macam apa Bollywood itu? Well, secara etimologis,
kata Bollywwod berasal dari kata Bombay (sekarang Mumbay) plus kata Hollywood.
Jadilah Bollywood. Sebuah penggabungan kata-kata yang sangat menawan. Kenapa
Bombay? Karena disinilah pusat perfilman India berpusat.
Namun pada dasarnya di India sendiri, terdapat beberapa pusat produksi film. Seperti misalnya film berbahasa Tamil dengan basis di Kodambakkam, yang lebih dikenal dengan ‘Kollywood’, atau film berbahasa Telugu yang sempat mencatat sejarah sebagai sentra produksi film tertua di India yang berbasis di Hyderabad, ‘Tollywood’. Sepertinya Anda baru tahu tentang informasi ini. Baguslah, setidaknya posting-an kali ini menambah wawasan Anda.
Oke, sekarang kita tentu bertanya-tanya, apakah hubungan alinea pengantar diatas dengan India. Sebab pada kesempatan ini saya akan membawa Anda pada stiker-stiker romantika India. Saya menamakannya demikian sebab desain-desain stiker ini yang penuh dengan nuansa romantisme ala India. Bercumbu diatas ilalang, bernyayi sambil menyatakan cinta dengan rayuan gombal, berlari-lari diantara pepohonan and many more. Terdengar sangat Bollywood bukan? Mari kita simak. Oh, jangan lupa, stiker-stiker dibawah adalah koleksi asli Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum yang telah berhasil kami preservasi dengan baik. Silahkan berkunjung ke bilangan Tambak Bayan untuk melihat stiker-stikernya yang asli. Berikut penampakannya.
Sumber: Koleksi Easy Tiger, Asia #1Stickers Museum
Mari kita
kaji stiker pertama. Namai saja stiker pohon. Terlihat sangat India bukan? Kita
tentu sangat setuju pohon memegang peranan penting dalam dunia perfilman India.
Entah mengapa scene-scene yang menmpilkan aktor dan aktris berkejaran
dan saling sembunyi di balik pohon. Mungkin saja pohon itu membantu mereka
untuk malu menyatakan cinta masing-masing? Mungkin saja, saya hanya
berspekulasi. Toh, mari kita bersepakat bahwa tiada pohon, tak nikmat
rasanya menonton film India.
Sekarang
kita bergerak ke stiker kedua. Namai saja stiker ilalang. Ilalang, rumput,
bunga-bunga juga tidak bisa lepas dari sinema India. Lanskap ini tidak pernah
absen ditampilkan. Mungkin saja alas ini dirasa pas untuk kedua sejoli yang
sedang dimabuk cinta. Alami, empuk pula. Cocok untuk bermesraan, atau juga
bercinta? Who knows? Toh tidak ada scene bercinta
terang-terangan dalam sinema India, kecuali industri film pornonya, itu lain
lagi yah.
Tentu kita
penasaran, bagaimana bisa industri ini datang ke Indonesia? Well, untuk
menjawab pertanyaan itu, saya harus menarik ke belakang sekitar tahun 1950-an.
Cukup tua memang. Keadaan ekonomi dan politik yang memburuk pasca kemerdekaan,
berbanding lurus dengan kekecewaan masyarakat Indonesia pada mutu perfilman
Indonesia. Lucunya, dunia perfilaman kita mencoba memilih film-film produksi
luar negeri. Disinilah awal mula film India beradatangan masuk. Kira-kira garis
besarnya seperti itu. Bahkan pada ranah musik, percampurannya dengan musik
Melayu melahirkan musik dangdut yang lebih dikenal sebagai musik Indonesia
(baca: musik Indonesia, bukan India).
Posting kali ini berusaha untuk merayakan
hubungan antara Indonesia dengan India yang ternyata sudah terjalin jauh
sebelum televisi berwarna ditemukan. Bahkan bisa lebih jauh daripada itu. Secara tidak langsung India juga
bertanggung jawab atas maraknya musik dangdut, kultur rambut mullet,
poster-poster bioskop yang ikonik, toko-toko tekstil, dan lain-lain. Semuanya sangat India. Tidak
perlu saya menyebut nama produser-produser film India disini. Yang pasti,
dibalik derasnya film-film horor tak bermutu yang diproduseri, mereka juga
berjasa mendanai sejumlah film-film bermutu lainnya walau jumlahnya masih bisa
dihitung dengan jari saya kira.
Toh kita
juga masih menggunakan frase "menangis bombay" dalam kehidupan
sehari-hari. Frase yang merujuk pada tangis ala film India tentunya. Bayangkan
saja sampai sedemikian intrusi budaya India dalam kebudayaan kita. Bukan main
negara ini. Saya angkat topi untuk itu. Akulturasi budaya baik fisik maupun non
fisik ini menjadi hal yang menarik untuk dikaji bukan? Nah, sekarang saya
bertanya-tanya, apakah ada budaya Indonesia yang meresap kedalam kebudayaan
India? Satu saja. Sebutkan!
No comments:
Post a Comment