Monday, 28 April 2014

Stiker Dragon Ball



Halo. Apa kabar? Sehat? Langsung saja. Posting kali ini akan membahas tentang Dragon Ball. Kami, Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum memiliki beberapa koleksi jadul stiker Dragon Ball. Untuk itulah stiker-stiker tersebut menginspirasi untuk melahirkan tentang tulisan ini.

Dragon Ball adalah sebuah manga dan anime Jepang yang dikarang oleh Akira Toriyama dari tahun 1984 sampai 1995. Albumnya terdiri dari 42 buku dan di Indonesia diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Sebelumnya Dragon Ball juga pernah diterbitkan olehrajawali Grafiti (saya masih ingat perbedaan terbitan antara kedua penerbit ini). 

Sedikit kisah mengenai Akira Toriyama. Akira Toriyama diakui sebagian besar untuk karyanya yang utama yaitu Dragon Ball. Ia membuat Dragon Ball dari tahun 1984 sampai tahun 1995. Selama periode 11 tahun, ia menghasilkan 519 bab yang dikumpulkan dalam 42 volume. Setiap volume memiliki rata-rata 200 halaman.. Ini menjadi prestasi utama karena menjual lebih dari 35.000.000 kopi di Jepang, Dragon Ball akhirnya mencapai rekor penjualan terbaik dengan lebih dari 120.000.000 eksemplar yang terjual. Selain terkenal di Jepang, seri ini juga sukses secara Internasional, termasuk di Eropa pada tahun 1988, Amerika Utara dan Kanada pada tahun 1996. Selain itu, manfaat dan dampak lain dari manga beliau yaitu menghasilkan tiga adaptasi anime, film animasi, beberapa video game, dan merchandise-nya. Inilah yang saya namakan ekspor budaya Jepang kepada Asia dan dunia melalui komoditi andalannya, manga dan anime.

Dragon Ball bercerita tentang seorang anak bernama Goku yang hidup di tengah gunung sendirian. Dia lalu bertemu dengan Bulma, seorang gadis muda nan jenius dan banyak memiliki peralatan-peralatan canggih layaknya Inspector Gadget, yang berusaha mengumpulkan 7 bola ajaib yang bisa mengabulkan semua keinginan. Bola-bola tersebut dinamakan Dragon Ball. Dragon Ball adalah 7 buah bola kristal yang tersebar di seluruh dunia, bola tersebut berwarna jingga yang terdapat pola bintang di dalamnya, apabila seseorang berhasil mengumpulkan 7 buah Dragon Ball maka akan muncul sebuah dewa naga yang mampu mengabulkan sebuah permintaan apa saja, bahkan termasuk menghidupkan orang mati. Imagine how it works!

Dalam perjalanannya bersama Bulma mencari Dragon Ball, Goku harus berhadapan dengan banyak rintangan, salah satunya adalah dari Tentara Pita Merah. Kelompok ini mempunyai keinginan yang sama dengan Goku dan Bulma. Wajar saja bola-bola naga ini menjadi incaran banyak pihak kalau memang semua keinginan bisa dikabulkan oleh sang naga. Bayangkan saja kalau orang setamak kita yang mampu mengumpulkan bola-bola naga tersebut. Kira-kira, apakah yang akan kita minta?
  




 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sumber gambar: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum

Akhir kata, Dragon Ball merupakan salah satu komoditi panas budaya populer Manga yang juga merupakan bagian dari budaya populer Jepang seperti animasi, karakter, permainan komputer, fashion,musik pop, dan drama TV merupakan berbagai variasi dari budaya populer Jepang yang telah diterima dengan baik di bagian timur dan tenggara Asia. Namun semua itu tidak seperti apa yang telah diulas dalam media.
Hal ini bukan untuk mengatakan bahwa ekspor dari budaya populer Jepang merupakan suatu fenomena yang baru. Budaya itu sendiri telah lama berkembang di luar Jepang dan terutama di bagian timur dan tenggara Asia setidaknya sejak akhir tahun 1970-an. Animasi dan komik Jepang seperti Doraemon (akan saya bahas dilain kesempatan), sebuah cerita fantasi yang memperkenalkan robot berbentuk seperti kucing yang dapat membuat keinginan dari anak-anak menjadi kenyataan, hal ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi anak-anak hampir di seluruh bagian dari Asia. 

Bagaimanapun juga akhir-akhir ini, penyebarluasan budaya populer Jepang di bagian timur dan tenggara Asia telah maju ke tahap yang lebih lanjut. Industri media Jepang dan industri media Asia lainnya secara sistematis bahkan masif mempromosikan budaya populer Jepang sebagai sebuah konsumsi yang rutin bagi kalangan muda secara luas di berbagai macam pasar di bagian timur dan tenggara Asia. Banyak kalangan muda yang merasakan simpati yang lebih intensif terhadap roman yang diceritakan dalam drama TV Jepang, atau dengan fashion terbaru, gaya musik populer yang trendi, atau dengan gosip mengenai bintang idola Jepang daripada yang mereka rasakan terhadap bagian dari budaya populer Amerika yang telah lama mendominasi dunia budaya kalangan muda. Saya rasa ini karena kedekatan geografis saja yang membuat kita condong ke Negeri Matahari Terbit.

Belum lagi fenomena urban dimana makin menjamurnya komunitas penggemar komik-komik Jepang, atau musik J-rock, dan lain-lain. Mereka ada karena ketertarikan yang sama terhadap budaya Jepang. Entah budaya virtual yang semu atau budaya riil Jepang secara keseluruhan. Disatu sisi ini bagus namun disisi lain yang perlu ditanyakan adalah bagaimana dengan ekspor budaya tuan rumah, Indonesia?



No comments:

Post a Comment