Halo. Apa
kabar? Sehat? Langsung saja. Posting kali ini akan membahas tentang Dragon
Ball. Kami, Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum memiliki beberapa koleksi jadul
stiker Dragon Ball. Untuk itulah stiker-stiker tersebut menginspirasi untuk
melahirkan tentang tulisan ini.
Dragon Ball
adalah sebuah manga dan anime Jepang yang dikarang oleh Akira Toriyama
dari tahun 1984 sampai 1995. Albumnya terdiri dari 42 buku dan di Indonesia
diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Sebelumnya Dragon Ball juga pernah
diterbitkan olehrajawali Grafiti (saya masih ingat perbedaan terbitan antara
kedua penerbit ini).
Sedikit
kisah mengenai Akira Toriyama. Akira Toriyama diakui sebagian besar untuk
karyanya yang utama yaitu Dragon Ball. Ia membuat Dragon Ball dari tahun
1984 sampai tahun 1995. Selama periode 11 tahun, ia menghasilkan 519 bab yang
dikumpulkan dalam 42 volume. Setiap volume memiliki rata-rata 200 halaman.. Ini
menjadi prestasi utama karena menjual lebih dari 35.000.000 kopi di Jepang,
Dragon Ball akhirnya mencapai rekor penjualan terbaik dengan lebih dari
120.000.000 eksemplar yang terjual. Selain terkenal di Jepang, seri ini juga
sukses secara Internasional, termasuk di Eropa pada tahun 1988, Amerika Utara
dan Kanada pada tahun 1996. Selain itu, manfaat dan dampak lain dari manga
beliau yaitu menghasilkan tiga adaptasi anime, film animasi, beberapa video
game, dan merchandise-nya. Inilah yang saya namakan ekspor budaya Jepang
kepada Asia dan dunia melalui komoditi andalannya, manga dan anime.
Dragon Ball
bercerita tentang seorang anak bernama Goku yang hidup di tengah gunung
sendirian. Dia lalu bertemu dengan Bulma, seorang gadis muda nan jenius dan
banyak memiliki peralatan-peralatan canggih layaknya Inspector Gadget, yang
berusaha mengumpulkan 7 bola ajaib yang bisa mengabulkan semua keinginan.
Bola-bola tersebut dinamakan Dragon Ball. Dragon Ball adalah 7 buah bola
kristal yang tersebar di seluruh dunia, bola tersebut berwarna jingga yang
terdapat pola bintang di dalamnya, apabila seseorang berhasil mengumpulkan 7
buah Dragon Ball maka akan muncul sebuah dewa naga yang mampu mengabulkan
sebuah permintaan apa saja, bahkan termasuk menghidupkan orang mati. Imagine
how it works!
Dalam
perjalanannya bersama Bulma mencari Dragon Ball, Goku harus berhadapan dengan
banyak rintangan, salah satunya adalah dari Tentara Pita Merah. Kelompok ini
mempunyai keinginan yang sama dengan Goku dan Bulma. Wajar saja bola-bola naga
ini menjadi incaran banyak pihak kalau memang semua keinginan bisa dikabulkan
oleh sang naga. Bayangkan saja kalau orang setamak kita yang mampu mengumpulkan
bola-bola naga tersebut. Kira-kira, apakah yang akan kita minta?
Sumber gambar: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum
Akhir kata,
Dragon Ball merupakan salah satu komoditi
panas budaya populer Manga
yang juga merupakan bagian dari budaya populer Jepang seperti animasi,
karakter, permainan komputer, fashion,musik
pop, dan drama TV merupakan berbagai variasi dari budaya populer Jepang yang
telah diterima dengan baik di bagian timur dan tenggara Asia. Namun semua itu
tidak seperti apa yang telah diulas dalam media.
Hal ini
bukan untuk mengatakan bahwa ekspor dari budaya populer Jepang merupakan suatu
fenomena yang baru. Budaya itu sendiri telah lama berkembang di luar Jepang dan
terutama di bagian timur dan tenggara Asia setidaknya sejak akhir tahun
1970-an. Animasi dan komik Jepang seperti Doraemon (akan saya bahas dilain
kesempatan), sebuah cerita fantasi yang memperkenalkan robot berbentuk seperti
kucing yang dapat membuat keinginan dari anak-anak menjadi kenyataan, hal ini
telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi anak-anak hampir di
seluruh bagian dari Asia.
Bagaimanapun
juga akhir-akhir ini, penyebarluasan budaya populer Jepang di bagian timur dan
tenggara Asia telah maju ke tahap yang lebih lanjut. Industri media Jepang dan
industri media Asia lainnya secara sistematis bahkan masif mempromosikan budaya
populer Jepang sebagai sebuah konsumsi yang rutin bagi kalangan muda secara
luas di berbagai macam pasar di bagian timur dan tenggara Asia. Banyak kalangan
muda yang merasakan simpati yang lebih intensif terhadap roman yang diceritakan
dalam drama TV Jepang, atau dengan fashion terbaru, gaya musik populer yang
trendi, atau dengan gosip mengenai bintang idola Jepang daripada yang mereka
rasakan terhadap bagian dari budaya populer Amerika yang telah lama mendominasi
dunia budaya kalangan muda. Saya rasa ini karena kedekatan geografis saja yang
membuat kita condong ke Negeri Matahari Terbit.
Belum lagi
fenomena urban dimana makin menjamurnya komunitas penggemar komik-komik Jepang,
atau musik J-rock, dan lain-lain. Mereka ada karena ketertarikan yang sama
terhadap budaya Jepang. Entah budaya virtual yang semu atau budaya riil Jepang
secara keseluruhan. Disatu sisi ini bagus namun disisi lain yang perlu
ditanyakan adalah bagaimana dengan ekspor budaya tuan rumah, Indonesia?