Mulai Juni 2016, blog museum mengembangkan
sayapnya dari sekedar preview dan review pameran, wawancara artis menuju tur
virtual. Apakah tur virtual itu? Tur virtual adalah tur yang diinisiasi oleh
kami kepada para mcan agar mengenal lebih dekat pergerakan seni yang digawangi
oleh individu/kelompok/komunitas/ruang/grup di Indonesia yang bermaain di
wilayah seni. Tur virtual ini memfokuskan diri pada seni yang digerakkan oleh
kaum muda atau youth generation. Mengingat sifatnya yang virtual, tur ini
berusaha untuk mendekatkan mereka yang jauh atau belum memiliki kesempatan
mengunjungi secara langsung terhadap individu/kelompok/komunitas/ruang/grup
yang dimaksud.
Baiklah, sebagai pembuka kami
sudah menyuguhkan macan sebuah artikel mengenai sebuah kelompok asal Yogyakarta
yaitu Ace House Collective. Berikut petikan cerita pendek dari salah satu punggawa Ace House Collective yaitu Gintani Swastika
yang berhasil kami wawancarai via surat elektronik.
Siapakah Ace House Collective? Bagaimana
sejarahnya?
Ace House Collective adalah kolektif yang
diinisiasi oleh seniman muda yang tinggal dan berkarya di Yogyakarta, kami
tertarik dengan isu isu budaya pop & urban serta kemungkinannya yang diolah
dalam bentuk karya seni rupa. Ace House Collective resmi ada sejak tahun 2011,
tetapi sebelumnya antar personal Ace House sudah sering bikin project bareng-bareng,
karena kebanyakan kami teman satu angkatan di kampus ISI dan teman nongkrong.
Sekarang Ace House Collective mengelola ruang fisik bernama Ace House
sejak tahun 2014. Ruang fisik ini adalah bentuk project bagi kami dimana dalam
project ini didalamnya ada program rutin seperti Friday I’m In Talk, Back to the Future, Three Musketeers
Project, group/solo/invitation exhibition.
Selain itu Ace House Collective juga menginisiasi sebuah ruang yang dijadikan
sebagai laboratorium pameran tunggal yang sifatnya lebih cair bernama JUDI Art Space
yang bekerjasama dengan Juara Dunia store.
Siapa saja yang terlibat
didalamnya?
Anggota Ace House Collective aktif saat ini ada 10
orang (Tatang, Gintani Swastika, Rudi Atjeh, Hahan, Iyok, Indun, Sulung, Hendra
Hehe, Uma Gumma, Moki).
Tetapi di setiap project Ace House sering dibantu oleh teman teman yang kami anggap seperti keluarga ada Ayas, Elsa, Anom, Ere, Giana, Dinda, Eky, Andhika, Oik Wasfuk, Dede, Cecep, Putud, Aria, Samid, Mali, Meiffi, dan masih banyak lagi.
Tetapi di setiap project Ace House sering dibantu oleh teman teman yang kami anggap seperti keluarga ada Ayas, Elsa, Anom, Ere, Giana, Dinda, Eky, Andhika, Oik Wasfuk, Dede, Cecep, Putud, Aria, Samid, Mali, Meiffi, dan masih banyak lagi.
Apa saja kegiatan Ace House
Collective?
Selain mengelola ruang Ace
House, kami membuat project seni rupa baik untuk kebutuhan undangan pameran
maupun inisiasi sendiri. Misalnya pada waktu kami diundang sebagai salah satu
partisipan Jakarta Biennale 2013 kami membuat project Realis Tekno Museum, lalu
tahun 2015 masih sebagai partisipan Jogja Biennale kami membuat project Komisi
Nasional Pemurnian Seni. Untuk project yang kami inisiasi sendiri, di tahun
2015 kami membuat Ace Mart, Grosir Seni. Lalu pernah juga kolaborasi dengan
Shaggy Dog untuk membuat pameran fans art bertajuk Special Buat Kamu.
Apa harapan Ace House Collective
kedepannya yang ingin dilakukan?
Harapan kedepannya masih bisa terus berkarya
dengan melibatkan sebanyak mungkin publik dari latar belakang yang berbeda.
Semoga Ace House Collective bisa ikut memberi cerita pada ranah seni rupa Indonesia,
Yogyakarta khususnya.
Terima kasih kepada Gintani Swastika yang sudah
meluangkan waktu untuk diwawancarai. Sebagai salah satu unit seni yang
diperhitungkan di Yogyakarta saat ini, Ace House merupakan tempat muda mudi
seni rupa (dan seni lainnya) berkumpul dengan acara-acaranya yang smart dan tak biasa. Contoh saja Ace
Mart Grosir Seni yang berlangsung pertengahan tahun ini. Jikalau macan punya
waktu luang, segeralah mampir langsung dan rasakan atmosfirnya.
Foto: Arsip pribadi Ace House Collective
No comments:
Post a Comment