Thursday, 13 March 2014

Stiker "Spatio Temporal"

Saya kembali lagi teman. Kali ini saya akan membahas sedikit lebih luas dan kompleks dari bahasan-bahasan stiker sebelumnya. Mengapa? Sebab pada kesempatan ini saya akan mencoba menelaah stiker yang berjudul 'Spatio Temporal'. Apakah itu? Well sebelum saya menjawabnya, mari kita tengok stiker tersebut dibawah.

Stiker 'Spatio Temporal' ini saya dapat ketika menghadiri pameran seni dengan tajuk serupa yang diadakan oleh Sangkar Labirin di Jogja National Museum yang berlangsung sedari tanggal 14-16 Februari 2014. Pameran yang mngesankan karena menampilkan berbagai karya mahasiswa/i  program studi Desain Interior dari ISI Yogyakarta. Karya-karya yang inspiratif sungguh. Berikut adalah stiker dari event tersebut.

Sumber: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum

Oke, cukup tentang pamerannya. Kita akan bergerak menuju pembahasan kata spatio-temporal itu sendiri. Meminjam penjelasan yang ada didalam katalog pameran, maka spatio-temporal bisa berarti ruang dan waktu, meruang seiring waktu dan mengada bersama waktu atau menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang sementara. Spatio-temporal adalah ruang singgah. Ruang singgah yang kemudian dijabarkan dan dimaknai sebagai rumah. Rumah, ruang berbatas fisik dan kokoh yang bagi manusia sosial digunakan untuk berkumpul, bersama hingga muncul "mangan ora mangan sing penting ngumpul", yang makna harafiahnya biar lapar asal bersama tapi biarpun berbeda tapi rumahlah yang menyatukan.

Konsep spatio-temporal diatas akhirnya bagi saya pribadi bermuara pada ruang yang lebih besar daripada rumah itu sendiri, yaitu sebuah unit yang lebih mega dan kompleks, yaitu kota atau urban. Kemampuan mengkota atau hidup meruang dalam perkotaan merupakan sebuah pengalam yang kompleks dimana di kota terdapat banyak sekali fenomena (saya jewantahkan sebagai fenomena urban), bahkan urbanisasi itu sendiri juga merupakan sebuah fenomena!

Dalam konteks urban inilah saya menemukan bahwa dengan mengantarkan konsep spatio-temporal yang diusung oleh Sangkar Labirin kedalam bingkai pekotaan merupakan hal yang linear sebab didalamnyalah terdapat apa yang disebut Hitler dalam Mein Kampf yaitu lebensraum (ruang hidup) berbagai macam manusia didalamnya, yang tanpa disadarinya bahwa kota itu hanyalah tempat singgah baginya menuju tempat yang lain, kota yang lain, atau bahkan kembali ke desa lagi. Seperti sebuah tempat persinggahan dalam hidup yang tidak perlu kita ingat dan tidak dapat juga kita lupakan mengingat 'tempo' atau waktu yang kita habiskan diruang itu. Lupakanlah dia jikalau ia hanya menjqadi tempat persinggahan sementara, ingatlah dia apabila ia menjadikan Anda betah berlama-lama dengannya.

No comments:

Post a Comment