Friday, 28 March 2014

Fan Page Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum hadir di Facebook


Halo semua. Pendek saja. kali ini saya akan nge-post tentang rilisan fanpage kami yang masih hangat dirilis sekitar 2 bulan lalu. Kehadiran fanpage  Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum diharapkan disambut gembira oleh para macan-macan setia museum. Nah, ini keuntungan  yang bisa dipetik ketika kami merilis fanpage museum ini.

1. Jumlah fans yang tidak terbatas
Dengan membuat fanpage museum, kami bisa memperoleh jumlah fans sebanyak-banyaknya, tanpa batasan.Tepatnya mereka lebih kami nobatkan macan daripada sekedar fans belaka.

2. Kesan profesional
Museum yang memiliki fanpage akan menimbulkan kesan profesional, seakan-akan kami ingin menyamai Van Gogh Museum saja. Memang begitu.
 
3. Tampil di newsfeed milik fans
Semua posting yang dilakukan penjual melalui fanpage akan muncul dalam newsfeed. Ini merupakan sebuah keuntungan karena para macan selalu bisa melihat aktivitas terkini dari kami.


Nah sudah tahukan manfaat fanpage kami? Oleh karena itu ayo nge-like fanpage Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum dan dapatkan berita-berita terbaru langsung dari Tambak Macan!

Kunjungi kami di https://www.facebook.com/pages/Easy-Tiger-Asia-1-Stickers-Museum
Oke? Kami tunggu Anda disana! See you on the other side.

 Sumber: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum

Sunday, 23 March 2014

Stiker Ilustrator Inggris, Peter Cross




Apa kabar? Sehat? Langsung saja saya geber di awal. September tahun lalu saya berburu stiker jadul di klithikan senthir dan saya menemukan stiker-stiker berikut.

 
 
 

Sumber: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum
 
Nampaknya tak ada yang istimewa dari stiker-stiker diatas, tapi begitu saya membukanya saya mendapati bahwa ada tertera inisial disitu yang  bertuliskan PC. Berbekal kata-kata pendukung yang ada dalam stiker, saya pun berusaha menelusurinya lewat internet. Dan didapatlah seniman dibalik stiker ini. Dialah Peter Cross.

Peter Cross, lahir 1951 di Guildford, adalah ilustrator Inggris. Karya-karyanya antara lain ‘Trouble for Trumpets’ (1982), seri-seri ‘Dinosaur Days’ (1985) dan ‘The Adventures of Dudley Dormouse’ (1986-87). Selanjutnya, ia masuk ke ranah tema dewasa dalam 1588 and All This…’(1988) and ‘The Boys’ Own Battle of Britain’ (1990). Ia membuat anak-anak kecol terpesona dengan imej ilustrasi miliknya yang didominasi penggambaran hewan sebagai personifikasi manusia dengan wajah yang menggemaskan dan bertindak lucu. Menampilkan tikus nakal, kucing mengantuk, dan masih banyak lagi karya-karya yang serupa.

Pada pertengahan 1990-an, Peter Cross mendandani greetings card. Karya ikoniknya 'Harbottle & Co' menarik perhatian masyarakat internasional yang luas dan menjadi sukses secara fenomenal. Kartu-kartu salam ini adalah untuk Gordon Fraser yang dibuat sekitar tahun 1995 sampai 2000 dimana kartu-kartu ini membuat terkesima baik anak kecil maupun orang dewasa.

Stiker-stiker diatas adalah greetings card yang telah dibuatkan versi stikernya. Sebuah kartu ucapan yang sangat populer di tahun itu merujuk pada budaya saling salam-salaman menggunakan sebuah kartu, entah untuk ulang tahun, peristiwa Natal, perayaan Paskah maupun lainnya. Apakah budaya itu masih bertahan sekarang di Inggris? Bagaimana dengan budaya serupa di Indonesia? Masihkah Anda kirim-kirim salam via kartu ucapan?

Peter mengerjakan kartu salam yang diterbitkan oleh The Great British Card Company. Ia juga berpartisipasi dalam pameran retrospektif besar di Chris Beetle Gallery yang telah diadakan pada musim semi 2009 untuk merayakan 25 tahun hubungan dengan galeri tersebut.

Mari, untuk mengenal lebih dalam siapa itu Peter Cross, simak saja tautan yang saya berikan: http://petercrossart.com/


Friday, 21 March 2014

Stiker Maskapai Penerbangan



Menyikapi hilangnya maskapai penerbangan Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 dari Kuala Lumpur menuju Beijing membuat saya teringat akan beberapa koleksi stiker-stiker yang saya dapatkan dari teman hasil donasi sewaktu mereka melakukan perjalanan. Ada yang melakukan perjalanan dalam negeri maupun luar negeri, mungkin yang belum ada hanyalah penerbangan ke bulan. Siapa tahu Tintin, Kapten Haddock dan Snowy yang sudah pernah ke bulan bisa menyumbangkannya untuk kami. Oke, cukup basa basi busuknya, mau tahu seperti apa saja stiker donasi teman-teman saya? Berikut adalah penampakkannya.
 
 Sumber: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum

Stiker pertama diatas adalah stiker dari maskapai Batavia Air yang kita warga Indonesia semua sudah tahu kalau maskapai ini sudah tidak beroperasi lagi. Satunya adalah stiker keluaran Fly Emirates dimana stiker tersebut diberikan kepada penumpang sebagai pemberi tanda kepada pramugara/i tentang jam makan dan segala macamnya. Anda yang belum naik pesawat sekalipun pasti dengan mudah membaca simbol-simbolnya. Atau belum mengerti jugakah Anda? Segeralah naik peswat! Menurut hemat saya, pastilah desain gambar dan simbol-simbol yang digunakan oleh maskapai penerbangan khususnya layanan internasional yang menggunakan tanda-tanda yang mudah dibaca secara universal mengingat beragamnya penumpang yang datang dari berbagai belahan dunia.

Saya pribadi sangat berharap memiliki stiker-stiker dari berbagai maskapai penerbangan Indonesia seperti Garuda Indonesia, Lyon Air, Sriwijaya Air, Mandala Air, Batavia Air bahkan Merpati dan Bouraq. Anda tidak tahu siapa itu Bouraq? Well Anda harus cukup berumur untuk mengetahui perusahaan yang bagi saya sangat ikonik dengan warna hijaunya itu. Hanya kami generasi 90-an yang mengingatnya. Sudahlah, bukan kebanggaan yang harus dipamerkan.

Anyway, apabila pembaca dapat melacak keberadaan stiker-stiker tersebut, dengan senang hati saya mengharapkan feedback dari Anda agar dapat menjadi bagian dari koleksi kami, Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum. Dimana kami akan menyiapkan sebuah display khusus untuk stiker-stiker tersebut mengingat sejarah panjang dunia penerbangan sipil di Indonesia.

Kembali ke awal perihal Malaysia Airlines, bagi Anda yang belum mengikuti berita tersebut, saya merekomendasikan untuk menelusuri dan menyimaknya secara mendalam sebab inilah berita kehilangan pesawat terlama sepanjang sejarah penerbangan modern setelah pesawat Adam Air yang hilang pada tahun 2011 yang memasuki hari ke-11 pada saat ditemukan di perairan Majene, Sulawesi Barat. Akhir kata kami segenap pengurus museum mendoakan yang terbaik bagi awak pesawat dan seluruh penumpang Malaysia Airlines yang sampai saat posting ini diterbitkan memasuki hari ke-11 akan kehilangannya. Marilah kita menaruh empati bagi mereka. Semoga keluarga dan kerabat yang menanti berita keberadaan mereka tetap tabah menjalani semuanya.

Thursday, 20 March 2014

Stiker Ndeso



Halo. Apa kabar? Langsung saja saya geber. Apa batasan bagi kita masyarakat untuk menghakimi seseorang bahwa ia adalah seorang yang udik, norak, kampungan? Bukankah kita juga berasal dari kumpulan kampung-kampung yang kita klaim sebagai kota? Apakah bedanya kita dan mereka? Atau apa maksud kita memberikan batasan itu? Bahwa kita bukanlah orang yang udik, norak dan kampungan melainkan mereka? Salahkah menjadi orang yang ndeso? Sebelumnya seperti biasa mari kita simak stiker-stiker koleksi museum kami di Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum.

 
Sumber: Koleksi Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum

Stiker-stiker diatas pastilah banyak beredar di kabupaten-kabupaten dimana populasi wong ndeso-nya sangat masif. Disini saya tidak rasis. Saya ingin menunjukkan bahwa eksistensi stiker semacam ini hanyalah ditemukan pada masyarakat akar rumput. Bisa kita lihat dari teknik cetak stiker, pemilihan warna, desain yang sangat minimalis dan unsur-unsur lain yang menyertainya. Namun itulah realitas yang dihadapi, tanpa unsur seni, tanda ada ekstensi, semuanya jujur dan apa adanya, langsung melabrak siapapun yang melihatnya. Terkadang dengan kata-kata senonoh yang patut disensor. Apapun itu, saya salut dengan stiker-stiker ini sebab konsistensinya yang panjang umur tak lekang oleh zaman sebab stiker semacam ini berkembang bukan melalui asas teknokratis, melainkan dari teknik oral. Teknik lisan atau komunikasi msyarakat kelas bawah di pos ronda, sekolah, warung kelontong, di perempatan, dimana saja selama obrolan-obrolan nyerocos itu ada.

Kita melihat ndeso atau tidaknya seseorang dengan membandingkan antara kehidupan di kabupaten (saya tidak akan menyebut desa disini) dan kota. Kita sering membandingkan antara dua kutub yang sangat jauh berbeda namun dekat dan saling berhubungan. Kehidupan anak muda kabupaten atau bolehlah saya kata ‘kota coret’ merupakan kehidupan yang keras dimana bisa saya tarik korelasinya dengan tingkat pelayanan publik yang kurang sehingga berbanding lurus dengan perilaku masyarakatnya yang kecewa terhadap otoritas dimana muncul suara-suara centil sebagai media hiburan masyarakat. Tak heran mengapa pertunjukan musik dangdut (yang sering kita anggap kampungan itu) menjamur dan bergerak pada masyarakat kelas bawah. Dengan sedikit polesan maka subkultur yang diciptakan atau dihasilkan oleh masyarakat akar rumput ini akhirnya sampai juga ke ibukota Jakarta.

Oke-oke, kembali ke awal. Mengapa jadi merambah ke dunia seni segala. Kan awalnya saya hanya ingin membahas tentang stiker ndeso dan fenomena urban yang menyertainya saja, tidak lebih jauh dari itu. Kalau Anda ingin lebih jauh, silahkan menganalisisnya sendiri. Kembali ke stiker. Ya, dimana stiker-stiker ini bisa dijumpai? Gampang! Temukan saja pemuda bergaya kabupaten setempat dan perhatikan motor atau helmnya, niscaya Anda akan menemukan stiker-stiker unik semacam ini.

Pesan saya, jangan terlalu serius menanggapi stiker-stiker diatas, sebab stiker inilah salah satu bentuk kejujuran sosial yang ditumpahkan dalam media yang paling kecil dan murah tanpa sensor yang menyertainya. Sungguh menyentil dan unik. Bukan rasis, tapi inilah salah satu contoh suara akar rumput yang bisa merangsek ke ibukota bahkan memporakporandakannya. Tak perlu memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang urban atau metro, cukup berpenampilan ndeso, bertutur kata sederhana dan jujur, pastilah kebahagiaan itu datang dengan sendirinya. Ndeso? Yo ben!