Perkenalan saya dengan oknum asal Jakarta ini secara tidak sengaja waktu kami dari pihak museum sedang mengerjakan display pameran di Sewon. Ternyata dialah Atras atau Trastrash, sosok yang sebelumnya sudah kami ikutin di media sosial namun tak pernah bertemu sebelumnya. Darinya kami berdiskusi mengenai gambar tempel dan ia berlalu begitu saja. Namun, jangan khawatir, kami berhasil mencuri waktunya sedikit untuk dihadirkan didalam interview kami. Pembaca yang budiman, dari sudut biru, dialah Trastrash!
Siapa nama street art Anda?
Trastrash
Bisa dijelaskan mengapa namanya
demikian?
Trastrash di ambil dari keseharian
teman - teman, sebenernya nama asli gue Atras Alwafi, tapi rata - rata suka
panggil sebutan Tras, kadang kalo lagi rese, iseng, ("Trastrash" cape
dengerin loo ngomong diem kenapa sihh...???) Hal itu yang sering gue lakuin
sampe bertahun tahun, dari kata kata keseharian yang ngga sengaja kesebut dari
tahun ketahun, sebelum nick name Trastrash
Atrash, Trashproject, namanya nga bisa bikin familiar, trus mencoba dengan
sebuah nama dan karakter yang timbul di lingkungan orang akan inget seumur
hidup dari nama dan dari sebuah karakter itu.
Bagaimana proses Anda menghasilkan
karya? Apakah dengan stensil, grafitti, hand drawing, kolase, atau proses
digital dan teknik lainnya?
Pada awal gue grafitti ketika gue
lulus SD masih bisa ngerasain pilox Rp 14.500 sampe ke SMP lah, masuk sekolah
design pas SMK cuman bisa design doang nga tau designnya abis itu mau di
kemanain, pas gue kuliah smester 1 sampe 2 gue buat stencil dengan color chart
merah dan kuning, ngga puas gitu gitu aja hasilnya belum nemuin hal beda dari
yang lain, gue coba wheatpaste pas gue smester 3 mulai kerangsang buat ide ide
dengan lem dan kertas, tapi belum bisa nemua hal yang beda, pas gue masuk ke
smester 4 mulailah gue mengunakan dan mantepin wheatpaste gue dengan karakter
sidik jari gue yang nga sengaja gue temuin pas gue lagi dirmh, gue gabungin
dengan wheatpaste syukur sampe sekarang gue smester 10 masih gunain buat karakter
berkarya gue, jadi ngga sengaja semuanya tapi gue tetep gue jalanin aja.
Bagaimana Anda mendistribusikan
karya Anda di jalan?
Pendistribusian gue, tetep dengan wheatpaste, stiker, tagging ngga ada
batesan aja, kalo lagi mau itu ya itu, kalo lagi mau ini ya ini..
Menurut Anda, bagaimana perkembangan
dunia street art sendiri di kota
Anda, terlebih seni stiker?
Kalo ngomongin kota identik dengan
karakter muda - mudi di kota, tapi kota kota ini akan di kenal ketika muda
mudinya membangun kota itu sendiri, sampe hari setiap kota punyai karakter
danperkembangan streetart makin pesan dari semua kalangan, apa lagi stiker
untuk tanda - tanda kota makian berkembangan, ngga harus tagging, design, karakter ini cerminan kota kota di Indonesia sudah
nerima street art dan sebuah stiker
karakter anak muda.
Ya itulah dia secuil kisah mengenai karya kesenimanan Trastrash. Pembaca bisa mengulik karyanya di media sosial Instagram dengan nama akun yang sama. Karyanya yang berupa sidik jari merupakan salah satu signature tersendiri yang tiada duanya. Museum kami mengoleksi beberapa karyanya. Terima kasih teman. tetap berkarya and keep in touch!
Foto: Arsip pribadi Trastrash
No comments:
Post a Comment