Seminggu terakhir sya mengeksplor tentang seorang street artist asal Singapura yang mengguncang negaranya sendiri dengan stiker. Dia adalah Samantha Lo. Wanita yang terbilang masih muda ini beraksi dengan menempelkan stiker-stiker artsy namun sedikit menggelitik di tiang-tiang lampu merah kota. Isinya beragam seperti "My Grandfather Road", "Limpeh", “Press Once Can Already”, “Anyhow Paste Kena Fine” dan masih banyak lagi.
Penangkapan Lo, diprotes lebih dari 14.000 orang yang telah menandatangani petisi online menyerukan keringanan hukuman baginya. Hal ini telah memicu kontroversi di Singapura, yang terkenal karena penegakan hukumnya yang ketat.
Stiker Lo pertama kali muncul awal tahun 2012, dan termasuk gambar monokrom dari pria yang lebih tua bergaya hitam-putih, dengan kata "Limpeh" - yang berarti "Ayahmu" - yang kadang-kadang digunakan sebagai ungkapan kasar di Singapura. Beberapa orang bahkan menyamakannya dengan Lee Kuan Yew, negarawan Negeri Singa.
Stiker Lo pertama kali muncul awal tahun 2012, dan termasuk gambar monokrom dari pria yang lebih tua bergaya hitam-putih, dengan kata "Limpeh" - yang berarti "Ayahmu" - yang kadang-kadang digunakan sebagai ungkapan kasar di Singapura. Beberapa orang bahkan menyamakannya dengan Lee Kuan Yew, negarawan Negeri Singa.
Berikut beberapa penampakan stikernya yang bisa saya share:
Samantha dengan berani menempelkan stiker-stiker ini di ruang publik dan berusaha mengajak berdialog dengan warga Singapura. Dalam salah satu wawancaranya, ia menyesalkan perubahan yang sangat cepat dalam modernitas Singapura sehingga mengaburkan identitas negaranya sendiri. Tanpa bermaksud mengeluarkan maksud yang subversif dan kontroversial, stiker-stiker Samantha cukup menggelitik bagi mereka yang melihatnya atau setidaknya mengajak warga Singapura untuk berpikir kembali tentang fenomena modernitas yang menyertai negara itu.
Beginilah sedikit pernyataan Samantha menganai hal ini: "I like to create visual pieces and concepts that communicate some sort
of messages to challenge and provoke. It all started after much
research, a result of my interest in the local culture, or the question
of its existence. I wanted to communicate my research across the public,
posing these questions back at them through pieces and concepts."
Foto: Samantha Lo
Namun,di sisi lain, banyak juga warga yang tak setuju dengan aksi Samantha ini. Pada sebuah diskusi online, terdapat opini yang menyetujui bahwa aksi Samantha adalah aksi vandalisme, bukanlah aktivitas seni. Sehingga Samantha layak diberi hukuman atas perbuatannya. Ketika ditangkap oleh pihak berwenang, Samantha dijatuhkan hukuman denda dan harus melakukan community service.
Terlepas dari semua kontroversi diatas, tindakan Samantha diatas yang menempelkan stiker di jalanan Singapura dengan peraturannya yang serba ketat merupakan sebuah bukti perlawanan dari street artist terhadap otoritas yang konservatif. Dan sasaran yang lebih utama adalah masyarakat modern itu sendiri. Tentang pentingnya berhenti sejenak dari rutinitas sehari-hari, merayakan kehidupan melalui seni, menertawakan diri sendiri, bahkan mengeluarkan kritik terhadap sendiri.
Samantha bermain dengan kata-kata yang sederhana namun mampu mengajak warga Singapura berpikir kembali tentang eksistensi dan identitas mereka dalam pergaulan global. Sedikit impak yang diakibatkan oleh Samantha ini tentu masih berpeluang utnuk dipertanyakan kembali maksudnya, Apakah ini adalah sebuah sentimen pribadi ataukah gerakan perlawanan. Yang jelas dengan aksinya Samantha mampu 'mengundang; para street artist lainnya agar dapat 'berkarya' di jalanan Negeri Singa.
No comments:
Post a Comment