Hola amigo. Berjumpa lagi. Bulan Juni ini saya banyak menulis. Itu bagus buat menajamkan skill saya. Langsung saja. Beberapa hari terakhir saya berselancar di dunia maya dan menemukan seorang street artist dari Jepang yang bernama 281 Anti Nuke. Pria asal Jepang ini menuai popularitas berkat aksinya menempelkan stiker-stiker protes anti pemerintah di seputaran Shibuya, Tokyo.
Apa isi stikernya? Ternyata adalah berupa grafis dan tulisan tentang protes rencana program reaktor nuklir yang diplot oleh pemerintah Jepang. Dalam sebuah wawancara, Nuke-san, demikian ia biasa disapa, tidak setuju dengan program nuklir ini. Ia merasa pasca tsunami yang menghancurkan wilayah timur Jepang pada Maret 2011, sudah saatnya Jepang mengevaluasi program nuklirnya. Ini demi tujuan mulia yaitu keberlangsungan hidup manusia dan juga ekosistem itu sendiri.
Tak heran dalam karya poster maupun stikernya berisikan pesan-pesan seperti "I Hate (Acid) Rain', "Don't Trust Government", "Pay Tax Or Die" dan lain-lain. Protes-protes ini ditujukan kepada pemerintah agar segera menutup reaktor nuklirnya dengan berkaca pada kasus kebocoran reaktor nuklir Daiichi Fukushima. Nuke-san menaruh perhatian pada kelangsungan kehidupan masyarakat Negeri Sakura mengingat negara ini pernah diguncang dua kali bom atom yaitu pada Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Tentunya dengan belajar dari pengalaman ini, Nuke-san tidak ingin hal ini terjadi lagi. Stiker dan poster di jalan menjadi media yang efektif di jalan untuk menyuarakan protesnya. Berikut beberapa penampakan poster dan stikernya:
Stiker dan poster-poster yang ditempel ini dipasang di ruang publik Tokyo yang ramai yaitu disekitar stasiun Shibuya dengan target keramaian penumpang stasiun yang lalu lalang. Misi Nuke-san adalah mencoba menraik perhatian masyarakat Jepang untuk kembali merenung akan bahaya program nuklir terhadap manusia dan lingkungan. Tsunami Maret 2011 adalah acuan Nuke-san untuk memprotes pemerintah Jepang yang saat pasca insiden dipimpin oleh Perdana Menteri Shinzo Abe. Tak heran, nada-nada anti pemerintah sering disuarakan oleh Nuke-san. Ia menilai pemerintah Jepang menarik pajak dari warga Jepang untuk kembali 'membunuh' warga Jepang itu sendiri lewat reaktor nuklirnya. Hal ini tertera jelas dalam karyanya yang bertajuk "Japan Kill Japanese". Tanpa disangka, terdapat juga reaksi dari pihak yang yang dikritik.
Konon, Nuke-san sering mendapat ancaman pembunuhan akibat protesnya ini.
Bahkan ketika akun Twitter-nya dibuka, banyak terdapat ancaman sampai
diretas oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab.
Dari ribuan orang yang memadati kawasan Shibuya, Nuke-san berharap tentunya terdapat satu dua orang yang setidaknya 'aware' dan 'concern' terhadap karyanya. Dalam sebuah wawancara, Nuke-san menyayangkan sikap masyarakat Jepang yang sudah tidak menaruh perhatian lagi terhadap isu reaktor nuklir ini. Namun, di sisi lain, terdapat juga warga yang peduli. Terlepas dari jumlahnya, Nuke-san tetap menempelkan karyanya di jalan sebab jalan merupakan media yang pas untuk berkarya dibanding museum atau galeri. Ia mengakui karyanya di jalan adalah ilegal dan argumen masyarakat terhadap karyanya berupa vandalisme adalah argumen yang valid. Tetapi Nuke-san tetap berkarya di jalan atas nama protes dan menyarakan ketidakadilan.
Pria
ini tetap menjalankan aksinya di jalan dengan persona yang serba
misterius. Mengenakan pakaian serba hitam dengan hoodie yang menutup
kepala, kacamata hitam serta masker, Nuke-san bersiap 'menyerang'
jalanan ibukota Negeri Sakura. Dia disebut media sebagai Banksy-nya
Jepang, pembaca sekalian, kita sambut, 281 Anti Nuke!
Sumber foto: Google.
No comments:
Post a Comment