Wednesday, 23 December 2015

Pameran Stiker Amsterdam Street Art

Kami datang lagi. Kali ini dengan sedikit format yang berbeda. Kami akan menampilkan sedikit potongan wawancara kami dengan orang Belanda. Output yang dihasilkan adalah berupa kutipan berbahasa Inggris yang silahkan Anda terjemahkan sendiri. Bukankah semua sekarang sudah pintar? Mari disimak!

Musim panas 2016 mendatang, sebuah kelompok bernama Amsterdam Street Art akan melaksanakan sebuah pameran stiker berskala internasional. Salah satu penggagas acara ini, yaitu Beazarility, bersedia meluangkan waktu untuk menceritakan sedikit tentang event terkait dalam bentuk preview.

 
 Poster acara


"My artist name is Beazarility, I work as a mixed-media artist. I design for brands, I'm a photographer and my work is also exposed in galleries and art shows. I'm part of the Amsterdam Street Art crew who does a lot for upcoming but also settled artist from all over the world. Working with this much creative people keeps the creative ideas coming. This is also how we came with the idea to do a very large sticker wall.
In the City of Amsterdam, the capital of the Netherlands we have a pretty large scale of stickers all over the place. There are a lot of tourist who bring their own and we have a few fanatic stickers artists from Amsterdam itself.
To mention 2 important sticker fanatics; Bunny Brigade and WOJO. Off course there are a lot more but I like to mention these two.
The government of our city is also fanatic but in the other direction. There are a lot of places where your sticker will stay max 24 hours before getting removed by the cleaning authority of our city. Still we have a lot of places where it keeps going and the stickers will survive.

At the moment we're busy to collect as much stickers as we can. By our Facebook page we have a pretty big reach and at the moment people from all over the world are sending their own small pieces of art in the form of a sticker. We think the participating sticker fanatics will be happy with the result. I must say that we don't have the complete plan ready. First we like to see how much we can collect and after we will make a small event to create this large sticker wall. People give positive reactions and the stickers keep coming so this is really great.

I think we can create something very cool. I'm really enjoying every day opening packages from al over the world. People are so fucking creative and create such cool pieces of art. I even like most of them so much that I must confess that if someone send in more then 4 or 5 of the same sticker. I take 1 home to paste it on my own door..
Last week we received even stickers from NASA, I think this is really cool but the packages are coming from places I even never heard of. Awesome and we really like to say thank you to all these kind and enthusiastic participating artists and sticker lovers.

We're talking about creating a huge wall but in fact we're very open to any kind of special object. In Amsterdam we have the famous canals so maybe its possible to cover up a large living boat to a floating piece of sticker art…
So if anybody have an amazing and with amazing I mean really amazing and special option in our city. Feel free to contact us.

I already said it but I'm really happily surprised that so many people like to participate with this amazing project and all I can say keep them coming people. All the received stickers we share on our Facebook page and feel free to tag yourself as an artist.

The Amsterdam Street Art foundation always stays busy creating all kind of events, art forms and we keep growing day by day. We have ASA artists from all over the world so feel free to check out our website and stay informed about our future projects.

With love from Amsterdam"


Demikian postingan kali ini. Semoga wawasan Anda makin diperkaya dengan info diatas. Nantikan full review acara ini musim panas tahun depan!

Tuesday, 15 December 2015

Pameran Stiker Con Artist Collective SLAP2

Kami kembali. Masih dengan tema review pameran stiker tentunya. Kali ini adalah review mengenai pameran stiker Slap 2 oleh Con Artist Collective yang berbasis di New York medio November kemarin.

Con Artist Collective kembali menyelenggarakan pameran stiker "Slap" putaran kedua. Pameran ini kembali dengan stiker-stiker buatan tangan alias handmade baik dari New York maupun dari seluruh penjuru dunia. Stiker sebagai bagian dari grafiti telah menjadi bagian dari pengalaman perkotaan. Di stasiun kereta bawah tanah, truk, pickup, bilik telepon dan yang lainnya, stiker telah memungkinkan siapa pun dengan Sharpie dan sebuah kertas stiker kosong menjadi seniman full time di jalan.

Dalam pameran ini,banyak stiker buatan tangan atau handmade yang ditampilkan dengan maksud bahwa stiker sebagai media ekspresi terkecil menjadi sebuah senjata seni yang paling mudah diakses oleh publik dan kembali ke publik. Aturan submission call dari panitia yang mengharuskan stiker yang dikirim adalah stiker hasil buatan tangan bukanlah dari media printing digital menghasilkan berbagai macam variasi warna dan ekspresi dari seniman-seniman stiker dari seluruh penjuru dunia. Sebuah konsep pameran yang sangat ekslusif tentunya. Salut untuk Con Artist Collective. 

Pameran yang berlangsung di ruang galeri yang intim terdiri dari instalasi 2 dinding dan keduanya penuh dengan stiker. Artis yang tampil seperti Lady Aiko, Robots Will Kill sampai kepada Bast. Pendekatan tentang bagaimana stiker ini dieksekusi memiliki variasi yang luas juga, beberapa diantaranya hanyalah dengan teknik tag secara konvensional, dan ada juga yang menggunakan teknik lainnya. Berikut adalah sedikit foto-foto dari pameran yang berlangsung dari tanggal 17 November - 28 November 2015 kemarin.







 
 Foto-foto: Arsip pribadi Con Artist Collective, Paulie Nassar dan Jill Conner

Wednesday, 9 December 2015

Pameran Bebas Tapi Sopan

Saya sedikit telat (lagi-lagi) memposting sebuah pameran ciamik yang diselelnggarakan sekitar pertengahan oktober kemarin. Maafkan atas keterlambatannya. Berikut sedikit reviewnya.

Pameran ‘Visual Jalanan: Bebas tapi Sopan’ didukung Forum Lenteng, Yayasan Jakarta Biennale, Dewan Kesenian Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Galeri Nasional Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Gardu House, Serrum, dan ruangrupa.

Bebas Tapi Sopan merupakan sebuah fringe event dari gelaran Jakarta Biennale 2015. Acara ini mengambil tempat di Galeri nasional  sejak tanggal 26 Oktober - 16 November 2015 dan dikuratori oleh duet Andang Kelana dan Abi Rama. Judul ‘Bebas Tapi Sopan’ sendiri terinspirasi dari fenomena bahwa begitu cairnya kondisi jalanan di Indonesia sekarang ini. Aktivitas visual di jalanan, terutama di kota-kota besar di Indonesia, sangat marak dan berkembang pesat.

Tidak hanya para seniman yang memproduksi objek visual di jalanan, tetapi publik masyarakat juga secara kritis memproduksi objek visual dengan caranya sendiri. Jalanan menjadi “kanvas” dan setiap orang bebas menorehkan gambar berikut maknanya di sana. Namun, kebebasan itu diikuti pula oleh pertarungan yang terus menerus berlangsung di ruang publik.

Battle tersebut berasal dari individu yang lain, pihak korporasi yang berebut ruang untuk memasang iklan, ataupun dari pihak aparat pemerintah yang menghapus coretan yang ada di jalanan. Setiap orang seperti berusaha untuk memberi ataupun merebut makna di jalanan untuk menampilkan ekspresinya, kegelisahannya, iklannya dan pesan-pesan lain yang hendak disampaikan. Pameran ini melibatkan 14 partisipan.

Adapun partisipan dalam pameran ini, di antaranya: Ace House Collective (YK), Agung “Abe” Natanael (Jkt), Angga Cipta (Jkt), Anggun Priambodo (Jkt), Bujangan Urban (Jkt), Dinas Artistik Kota (Jkt), Gardu House (Jkt), Klub Karya Bulu Tangkis + Ricky Janitra (Jkt), Milisi Mural Depok (kota Depok), Methodos (Yk), The Popo (Jkt), Tutu (Jkt), ruangrupa (Jkt), dan Stenzilla (Jkt).
 
Salah satu instalasi yang menarik adalah karya dari Gardu House dari Jakarta. Dimana macan kita ini menampilkan instalasi stiker yang cukup besar untuk dinikmati pengunjung. Berikut penampakannya.



 












Karya Gardu House ini diberi tajuk Glued Party #2. Gelaran pertama pernah diselenggarakan tahun 2011 sebelumnya. Menurut penuturan salah satu sumber dari Gardu House, tak kurang 500 partisipan terlibat dalam instalasi Glued Party #2 ini. Seniman dalam dan luar negeri turut mengambil peran dalam mengikutsertakan "karyanya". Kami dari museum juga tak lupa tampil disana. 

Pada pameran bebas tapi Sopan, stiker-stiker street art dan graffiti ditampilkan secara raw untuk mendistraksi visual pengunjung. Banyak karya stiker berseliweran sehingga pengunjung harus melihatnya secaradetail. Stiker, sebagai medaia seni terkecil di jalan, dapat merasuk sampai ke sendi - sendi kehidupan paling privat sekalipun, misalnya saja toilet. Di jalanan, stiker sering mengambil peran dalam menyampaikan pesannya. walaupun dalam bentuk yang kecil, namun kuantitasnya yang masif dapat menandingi setidaknya iklan-iklan korporasi yang berada di tiang listrik, tiang telepon, boks listrik dan berbagai medium tak terkira lainnya.

Melihat fenomena urban ini, tak heran, banyak pengunjung yang terkesima akan tampilan Glued Party #2. Mereke sibuk melakukan swafoto atau sekedar ingin melacak keberadaan stiker para seniman yang dikenalnya, ataupun tak dikenalnya, hanya untuk melihat detail gambar dan teks yang terkandung dalam gambar tempel tersebut. Tentunya imej ini sangat melekat dengan mereka sebab barang ini tentu pernah tersebar luas di jalanan ibukota. Sebuah karya yang interaktif dari Gardu House. Selamat can!

Foto-foto: Arsip pribadi dan intelijen museum

Tuesday, 1 December 2015

Stickers Picnic In Magelang



Akhir November kemarin, kami diundang oleh Selamat Pagi Project Magelang untuk mengadakan Stickers Picnic. Acara pre event dari Tidar At Week 2015 ini dikonsepkan melalui slap bebarengan di ruang publik kota Magelang.

Poster acara

Ajakan ini tidak bisa kami tampik. Jarak antar Jogja dan Magelang cukup dekat untuk ditempuh dengan sepeda motor. Hari Minggu, 29 November 2015 pukul 9 pagi, kami sudah siap untuk menginvasi Kota Sejuta Bunga. Saya, Putut, Yahya,three musketeer asal UNY yaitu Mas Kun, Harris dan Thoyib didampingi oleh Kory dan tim selaku “penyelenggara” piknik langsung menyerang ruang publik kota. Titik-titik panas kami pilih untuk menempel, tak sembarang tempat atau medium yang ditempel. Haruslah estetik namun tetap dengan spirit vandal ala sticker art.













 Foto-foto eksekusi di Jalan Pemuda, kawasan Pecinan Kota Magelang


Sepanjang Jalan Pemuda menjadi sasaran kami dengan alasan mudah dijangkau dari titik kumpul yaitu alun-alun kota Magelang. Kawasan Pecinan yang berada di jalan ini juga menjadi magnet ekonomi bagi denyut kota Magelang dimana secara otomatis banyak pelintas yang melewatinya.

Tanpa tedeng aling-aling, kami mulai menempelkan sedikit seni pada gardu-gardu listrik agar nampak makin artsy walaupun sebenarnya agak kusam. Namun, apapun itu, seni tetap harus berjalan. Semua bergerombol dengan koleksi stikernya masing-masing dan mulai beraksi baik secara invidual maupun keroyokan.

 


Tim Stickers Picnic Magelang

Alhasil,’instalasi’ yang dihasilkan cukup memuaskan dengan warna-warni stiker sepanjang jalan. Anda bisa melacaknya kembali ketika berkunjung ke Pecinan Magelang. Tur diakhiri dengan kunjungan singkat ke Omah Mural Magelang di daerah Botton. Disini kami dari museum melakukan sedikit presentasi mengenai Easy Tiger untuk diperkenalkan kepada teman-teman Magelang. Akhir kata pukul 4 sore kami beranjak pulang menuju Jogja. Terima kasih Magelang, suatu saat kita berjumpa lagi, semoga berkenan dengan seni yang kami tampilkan walaupun alakadarnya!

Sunday, 29 November 2015

Re-Writing the Streets: The International Language of Stickers

Hola. Berjumpa lagi. saya akan sedikit mereview kembali dalam bahasa Indonesia tentang katalog pameran dari Catherine Tedford dan Oliver Baudach yang berlangsung kemarin di Amerika Serikat. Pameran bertajuk Re-Writing the Streets: The International Language of Stickers ini adalah pameran stiker politik berskala internasional. Pameran yang pertama berlangsung di Amerika Serikat pada September 2015 dan yang kedua berlangsung di Jerman pada Oktober 2015. Masih hangat untuk saya review sebelum terlambat.

 Poster pameran

Dalam tempo 25 tahun, street art telah berevolusi secara dramatis dari seni aerosol dan seni cat mural serta graffiti yang telah menghiasi kereta bawah tanah, tembok rumah, tembok jalanan dan ruang publik lainnya. Sekarang, bentuk baru dari komunikasi visual dikreasikan di ruang publik dimana kerap mengundang atensi publik baik secara kontemplatif maupun interaktif. Stiker street art telah menjadi semacam kendaraan provokatif untuk mengekspresikan diri dan menjadi medium yang efektif untuk berkomunikasi dengan para pelintas jalanan. Stiker bisa digunakan untuk menandai sebuah area, menawarkan sebuah produk atau bahkan sebagai media saran dan kritik sosial. Sebagai salah satu media seni yang paling demokrasi, stiker yang digampar atau dicetak dapat didistribusikan secara cepat, murah, dan dengan beragam bentuk seperti sablon, stensil, hasil teknik linocut, fotokopi mesin Xerox dan percetakan litografi. beberapa seniman menciptakannya dengan semangat DIY (Do It Yourself) dalam jumlah yang kecil, sementara ratusan lainnya dicetak oleh para produsen komersial.




                                   Foto-foto selama pembukaan pameran berlangsung

Dengan ukuran sekitar 5 x 5 sentimeter, stiker dapat ditempatkan secara sembunyi-sembunyi pada papan penunjuk jalan, tiang listrik, bak sampah bahkan sampai pada jendela rumah orang. Pada lanskap urban dimana didominasi oleh logo korporasi, ruang publik seakan dirampas oleh mereka yang memiliki kemampuan finansial yang lebih besar. Namun, seni stiker jalanan menawarkan semangat yang berbeda sebagai media alternatif. Biarpun seni tempel ini kecil, namun dapat menyajikan kreativitas, kultural bahkan pesan politikal yang relevan dengan waktu dan tempatnya.
Dengan bantuan dua kolektor, Catherine Tedford dari amerika Serikat dan Oliver Baudach dari Jerman, pameran ini menampilkan sekitar 800 stiker orisinal berdasarkan latar belakang seniman, tema, waktu dan lokasi geografis. Catherine Tedford, seorang direktur galeri pada Universitas St. Lawrence, Canton, New York telah mengoleksi stiker sejak 2003 dan koleksinya sampai sekarang mencapai 11.000 stiker dari seluruh penjuru dunia. Ia menulis blog mengenai stiker pada blognya yaitu Stickerkitty. Dan Oliver Baudach adalah seorang penemu dan direktur dari Hatch Kingdom, museum stiker pertama di dunia. Selama tiga dekade, ia mengoleksi sekitar 25.000stiker dari berbagai aliran dari skateboarding, streetwear sampai pada musik. Oli adalah ahlinya pada bidang ini.

Artis individual dan kolaborasi antar artis dalam pameran ini adalah dari Cupco (Australia); Hoplouie (Denmark); Flying Fortress, Haevi, Ping Pong, Prost, Tower, 24/7 Crew (Jerman); Bust, Sol Crew (Belanda); Evoker, Obey Giant, RobotsWillKill, Zoltron, and 14Bolt (Amerika Serikat).  Re-Writing the Streets: The International Language of Stickers dilatarbelakangi dengan galeri universitas sebagai ruang seni alternatif. Pameran ini menampilkan stiker kepada para pengunjung yang berasal dari latar belakang akademis maupun dari lingkungan seni. Latar belakang yang beragam ini bervariasi dari studi komunikasi, studi budaya, kepemerintahan, bahasa sosial modern dan sosiologi. Sukses terus untuk Stickerkitty!

Sumber foto: Arsip Stickerkitty

Saturday, 28 November 2015

Pameran Stiker Jogja Calling #3



Kami datang lagi. Sudah cukup lama rasanya kami berpameran sekitar 2 bulan yang lalu namun belum ada laporan pertanggungjawabannya. Padahal dilain kesempatan kedua sponsor kami yaitu radio Boekoe dan Majalah Cobra juga menagihnya. Baiklah, mari menulis.

Jogja Calling #3 adalah pameran stiker berskala internasional yang diadakan oleh kami, Easy Tiger, Asia #1 Stickers Museum untuk merayakan ulang tahun kami yang ketiga. Pameran ini berlangsung dari tanggal 17-19 September 2015 di Radioe Boekoe, Sewon, Bantul , Yogyakarta.

 Venue pameran beberapa saat sebelum pembukaan

Sounding pameran sudah kami lakukan jauh-jauh hari pada bulan Mei mengingat pengalaman terdahulu dimana submit karya dari luar negeri memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke Nusantara. Ternyata harapan kami terwujud, sekitar 70-anaseniman baik dari dalam maupun dalam negeri ikut berpartisipasi dengan mengirimkan karya-karya stiker yang kreatif.

Mulai dari teknik hand drawing, digital printing, grafitti, stensil sampai woodcut semuanya memiliki keunikan tersendiri. Kami sampai kewalahan untuk memilah karya-karya agar muat dalam display pameran yang dikerjakan oleh para macan-macan museum di Tambakbayan.

Pada saat pembukaan tanggal 17 September, kami menampilkan  40 frame dengan tatanan yang rapi hasil kerja dari teman-teman Keluarga Baik Baik yaitu Ones, Abe dan Kano. Ketiga pemuda pemudi asal ISI Yogyakarta ini berkoordinasi dengan kami untuk menyuguhkan pameran stiker yang berbeda dan jarang dilihat oleh publik. Pembukaan pameran ini dibuka oleh Pak Rain Rosidi dari Radio Boekoe dimana beliau menganggap seni stiker adalah sebuah seni yang jarang diapresiasi oleh publik namun tetap eksis dalam lanskap urban Yogyakarta. Diharapkan melalui pameran ini, publik mulai menaruh atensi terhadap seni gambar tempel ini, baik lawas maupun kontemporer.

   Suasana pembukaan pameran

 Musik 80an dan elektronika menemani pengunjung

Hentakan music 80an dari DJ Yonas menemani pengunjung pameran menikmati karya pada saat pembukaan. Ada juga media slap bebarengan dimana panel tripleks ini mencoba berinteraksi dengan pengunjung lewat stiker yang ditempelkan bersama. Tak lupa pula lapak merchandise dari Media Legal meramaikan pameran serta lapak barter stiker menambah keseruan di malam pembukaan. 

 Pengunjung nampak menikmati karya dengan mengabadikannya lewat foto

 
  Lapak barter stiker
Total pengunjung di buku tamu sampai hari penutupan adalah sekitar 170-an orang. Ini menunjukkan antusiasme yang besar oleh pegiat dan penikmat seni stiker di Yogyakarta akan kehadiran pameran semacam ini. Bahwa pameran stiker adalah sesuatu yang sangat jarang ditemui memang benar adanya. Namun, seni kecil yang satu ini tidak dapat diabaikan begitu saja. kami dari pihak museum berusaha menangkap benda fenomena urban ini dan menyampaikannya kepada publik bahwa seni ini ada. Kami juga akan berusaha menampilkan yang terbaik pada pameran-pameran berikutnya. Tempel terus!












Thursday, 26 November 2015

Manuvarte. Pameran Stiker dan Kolase

Lama tak bersua di blog ini. Langsung saja. Kemarin tanggal 19 - 23 November, saya dan tim dari museum terlibat dalam pameran tunggal Manuva di Ruang Atas Solo yang bertajuk "Manuva". Pameran ini merupakan pameran yang mengangkat kultur kolase dan stiker.Walaupun hanya sekedar bantu - membantu, terpampangnya logo museum di poster pameran menjadi sebuah panggilan bagi kami dari Yogyakarta untuk menuju Solo.

Poster Pameran Manuvarte


Dalam pameran "Manuvarte" kali ini sang seniman Isak Prabowo atau dengan nama kesenimanannya yaitu Manuva menampilkan seni kolase yang unik dimana dalam penciptaan karya ia menggunakan media seperti daun dalam kolasenya.Pembukaan dibuka oleh Wahyu sebagai pria dibalik layar alternative art space Ruang Atas. dalam sambutannya, wahyu mengapresiasi gerilya kolase yang dilakukan Manuva sebab seni ini unik dan Manuva berhasil menghidupkannya melalui media kertas decal sehingga bisa diaplikasikan ke ruang publik dalam bentuk kertas stiker.

Mengutip dari sebuah sumber, keberadaan barang-barang bekas seperti, majalah lama, koran bekas, pakaian, kardus, kaleng, plastik kemasan, dan daun-daun kering di sekitar rumah kita acapkali dirasakan mengganggu   kebersihan   dan  kenyamanan hidup.

Semua ini benar adanya jika barang-barang bekas itu hanya dilihat sebagai “limbah” atau rongsokan yang tidak berguna. Namun jangan buru-buru dibuang barang-barang bekas itu sebab dapat menyulap “limbah" menjadi barang-barang yang “berharga”. Sentuhan ide-ide kreatif yang segar dan ketrampilan artistik yang dimiliki akan menghasilkan macam  kreasi kolase yang unik dan tidak ada duanya.

Imej yang ditampilkan pun beragam. Mengikuti passion-nya terhadap kultur musik 80-90-an, maka tak heran banyak imej Bjork, Morrissey, Robert Smith dari The Cure dan masih banyak lagi didalam karyanya. Menampilkan sekitar 20 frame kaca, display pameran ini tergolong sederhana namun tetap intim dengan pengunjung.Tak lupa pula ditampilkan panel khusus sebagai media slap bebarengan yang dimana para pengunjung pembukaan pameran bisa bebas menempelkan stiker street art sebagai bukti respons interaktif. Disuguhi dengan musik dari era 80-an, pembukaan pameran ini berlangsung sukses dan mampu menarik perhatian kawula muda Solo baik yang berangkat dari art scene maupun diluar art scene. Selamat untuk Manuva!

Berikut adalah laporan langsung dari tempat kejadian sewaktu pembukaan pameran:
 

Keramaian pembukaan di Ruang Atas Solo

 Pengunjung nampak serius melihat display karya


Lapak barter stiker gratis
 Manuva (tengah) diantara para macan macan pendukung pameran yang lain


Salah satu pengunjung merespon media panel yang telah disediakan

 Hasil slap


Hasil slap


Detail

Sekian tulisan kali ini. Kami meminta maaf atas keterlambatan redaksi mengirimkan tulisan kepada Anda semua.Sejak bulan Juli kami seakan vakum dari blog. Namun semangat menulis itu datang lagi dan kami berjanji untuk tidak menelantarkan Anda dengan berita-berita seputar dunia gambar tempel kontemporer baik dalam maupun luar negeri.