Wednesday, 9 December 2015

Pameran Bebas Tapi Sopan

Saya sedikit telat (lagi-lagi) memposting sebuah pameran ciamik yang diselelnggarakan sekitar pertengahan oktober kemarin. Maafkan atas keterlambatannya. Berikut sedikit reviewnya.

Pameran ‘Visual Jalanan: Bebas tapi Sopan’ didukung Forum Lenteng, Yayasan Jakarta Biennale, Dewan Kesenian Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Galeri Nasional Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Gardu House, Serrum, dan ruangrupa.

Bebas Tapi Sopan merupakan sebuah fringe event dari gelaran Jakarta Biennale 2015. Acara ini mengambil tempat di Galeri nasional  sejak tanggal 26 Oktober - 16 November 2015 dan dikuratori oleh duet Andang Kelana dan Abi Rama. Judul ‘Bebas Tapi Sopan’ sendiri terinspirasi dari fenomena bahwa begitu cairnya kondisi jalanan di Indonesia sekarang ini. Aktivitas visual di jalanan, terutama di kota-kota besar di Indonesia, sangat marak dan berkembang pesat.

Tidak hanya para seniman yang memproduksi objek visual di jalanan, tetapi publik masyarakat juga secara kritis memproduksi objek visual dengan caranya sendiri. Jalanan menjadi “kanvas” dan setiap orang bebas menorehkan gambar berikut maknanya di sana. Namun, kebebasan itu diikuti pula oleh pertarungan yang terus menerus berlangsung di ruang publik.

Battle tersebut berasal dari individu yang lain, pihak korporasi yang berebut ruang untuk memasang iklan, ataupun dari pihak aparat pemerintah yang menghapus coretan yang ada di jalanan. Setiap orang seperti berusaha untuk memberi ataupun merebut makna di jalanan untuk menampilkan ekspresinya, kegelisahannya, iklannya dan pesan-pesan lain yang hendak disampaikan. Pameran ini melibatkan 14 partisipan.

Adapun partisipan dalam pameran ini, di antaranya: Ace House Collective (YK), Agung “Abe” Natanael (Jkt), Angga Cipta (Jkt), Anggun Priambodo (Jkt), Bujangan Urban (Jkt), Dinas Artistik Kota (Jkt), Gardu House (Jkt), Klub Karya Bulu Tangkis + Ricky Janitra (Jkt), Milisi Mural Depok (kota Depok), Methodos (Yk), The Popo (Jkt), Tutu (Jkt), ruangrupa (Jkt), dan Stenzilla (Jkt).
 
Salah satu instalasi yang menarik adalah karya dari Gardu House dari Jakarta. Dimana macan kita ini menampilkan instalasi stiker yang cukup besar untuk dinikmati pengunjung. Berikut penampakannya.



 












Karya Gardu House ini diberi tajuk Glued Party #2. Gelaran pertama pernah diselenggarakan tahun 2011 sebelumnya. Menurut penuturan salah satu sumber dari Gardu House, tak kurang 500 partisipan terlibat dalam instalasi Glued Party #2 ini. Seniman dalam dan luar negeri turut mengambil peran dalam mengikutsertakan "karyanya". Kami dari museum juga tak lupa tampil disana. 

Pada pameran bebas tapi Sopan, stiker-stiker street art dan graffiti ditampilkan secara raw untuk mendistraksi visual pengunjung. Banyak karya stiker berseliweran sehingga pengunjung harus melihatnya secaradetail. Stiker, sebagai medaia seni terkecil di jalan, dapat merasuk sampai ke sendi - sendi kehidupan paling privat sekalipun, misalnya saja toilet. Di jalanan, stiker sering mengambil peran dalam menyampaikan pesannya. walaupun dalam bentuk yang kecil, namun kuantitasnya yang masif dapat menandingi setidaknya iklan-iklan korporasi yang berada di tiang listrik, tiang telepon, boks listrik dan berbagai medium tak terkira lainnya.

Melihat fenomena urban ini, tak heran, banyak pengunjung yang terkesima akan tampilan Glued Party #2. Mereke sibuk melakukan swafoto atau sekedar ingin melacak keberadaan stiker para seniman yang dikenalnya, ataupun tak dikenalnya, hanya untuk melihat detail gambar dan teks yang terkandung dalam gambar tempel tersebut. Tentunya imej ini sangat melekat dengan mereka sebab barang ini tentu pernah tersebar luas di jalanan ibukota. Sebuah karya yang interaktif dari Gardu House. Selamat can!

Foto-foto: Arsip pribadi dan intelijen museum

No comments:

Post a Comment