Saturday, 30 July 2016

Quo Vadis Tropica Festival?



Tepat dua minggu yang lalu, gelaran pesta street art pertama di pulau Bali yaitu Tropica Festival telah berakhir. Event yang mengambil tempat di Canggu ini banyak menyedot perhatian para pemerhati sekaligus juga pelaku tentunya dari kalangan street art dan graffiti. Bagaimana tidak, nama-nama besar seperti Sofles, Askew, Vans The Omega sampai ROA masuk dalam line up acara. Jagoan lokal juga seperti Darbotz, Bujangan Urban, The Popo, Tuyuloveme serta masih banyak lainnya turut meramaikan festival yang baru pertama kali diselenggarakan ini.
  
Trax, bukan nama sebenarnya, selaku penyelenggara acara menyatakan bahwa event ini diadakan untuk mengenalkan Bali pada dunia melalui street art dan graffiti sehingga diharapkan makin banyak lagi seniman-seniman luar yang berkarya di Pulau Dewata. Selain itu, tentunya masyarakat Bali juga akan disuguhkan dengan seni visual di ruang publik tidak hanya dari seniman mancanegara saja, bahkan juga dari Jakarta, Jogja dan lokal Bali. Semuanya mengambil tempat yang dikonsentrasikan di daerah Canggu. Pemilihan tempat ini bukan tanpa sebab, mengingat visibiltas tempat ini terhadap turis lokal dan mancanegara agar dapat melihat karya seni street art dan graffiti secara menyeluruh. Agar bagaimana seni dan masyarakat tidak berjarak sehingga “galeri jalanan” menjadi medium yang pas untuk menikmatinya.




 
 


Terhitung mulai tanggal 13 sampai 18Juli bisa dikatakan sebagai ajang maraton gambar dari semua seniman yang terlibat. Tembok-tembok berskala besar menjadi media gambar seniman. Dekat pantai, di pemukiman penduduk, pinggiran jalan dan lainnya menjadi tempat berkarya. Ratusan kaleng cat semprot serta kuas-kuas menghiasi daerah Canggu dan sekitarnya. Nampak antusiasme warga lokal yang turut mengapresiasi atau sekedar muda mudi yang mengambil gambardan juga meminta tandatangan artis idolanya. Semua baur campur menjadi satu atas nama seni dan publik.

Cerita menarik dapat diambil dari karya seniman The Popo asal Jakarta. Ia menggambar di sebuah lokasi dekat sawah dan pemukiman penduduk. Rupanya, sang seniman dititipkan pesan oleh sang pemilik tembok agar dapat ditambahkan sebuah tanda iklan komersial di gambar yang sedang dibuat. Alhasil, jadilah sebuah gambar mirip dengan lukisan mahakarya Michaelangelo yaitu Creation of God tentunya dengan gaya khas The Popo serta kolaboratornya yaitu Robowobo lengkap dengan tulisan Surya Fitness. Ayo fitness Biar Gak Lemes. Kemasan gambar dan tulisan yang eye catching ini sangat menraik perhatian dan menurut catatan, Pak Surya, selaku pemilik tembok sangat mengapresiasi karya seniman sebab mendapat hibah seni gratis sekaligus promosi usaha kebugaran miliknya. Inspiratif.
 
 
 
 

  
Mengambil kisah tersebut, antara seni baik street art maupun graffiti serta seni visual yang ada di jalanan dapat menciptakan hubungan simbiosis mutualisme dengan masyarakat. Entah sebagai atraksi visual, maupun sebagai penyampai pesan positif. Persepsi masyarakat akan tindakan menggambar di jalan seyogyanya dirahkan pada persepsi bahwa tak selamanya aktivitas ini menuai reaksi negatif, namun juga memiliki dampak positif terhadap sekitar. Diharapkan dengan selesainya event Tropica Festival, menjadi pemicu lebih banyak lagi karya-karya seniman baik dalam maupun luar negeri yang menumpahkan kreativitas seninya di ruang publik sehingga dapat mempercantik visual kota dibanding iklan-iklan korporat yang merusak secara visual. Oleh karena itu, hendak mau dibawa kemana Tropica Festival ini? Apakah berhenti disini saja ataukah masih ada misi yang diembannya untuk ruang publik kota? Kita nantikan bersama.






Semoga event serupa atau event-event lainnya adapat menarik perhatian masyarakat dan juga pemerintah sebagai penyelenggara ruang publik kota agar menaruh perhatian lebih terhadap seni jalanan yang pada masa sekarang sudah jauh berkembang pesat dari sekedar corat-coret di jalan. Bagaimana bapak ibu dewan terhormat? Publik dan seni menunggu Anda.


Foto: Dokumentasi Kolektif OlehTropica Festival

No comments:

Post a Comment