Wednesday, 27 April 2016

Stick It With Dosa


Pria yang satu ini adalah seorang fotografer handal. Namun dibalik lensa, tak dinyana ia memiliki sebuah pergerakan visual dibawah naungan nama yang unik. Poster, wheatpaste serta stiker tak luput dari permainannya di jalan. Berdomisili asli Salatiga, inilah dia DOSA MOVEMENT.

Siapa nama street art Anda?
DOSA atau juga sering DOSA MOVEMENT, agar terkesan ramai dan memiliki crew.

 


Bisa dijelaskan mengapa namanya demikian?
Nama Dosa saya ambil sebagai doa agar karya saya tersebar dimana-mana seperti dosa di zaman kini. Dosa juga memiliki beberapa penggantian logo, awalnya D.O.(S).A yang mengartikan biasnya doa dan dosa yang notabene saling bertolak belakang. Lalu seiring berjalannya waktu terjadi perubahan hanya DOSA saja, dan selanjutnya ide dari teman saya yang memiliki juga penamaan 'crew' / 'project' padahal kenyataannya hanya seorang diri. Agar timbul kesan ramai dan masif ditambahkan Movement pada nama Dosa.


Bagaimana proses Anda menghasilkan karya? Apakah dengan stensil, grafitti, hand drawing, kolase, atau proses digital dan teknik lainnya?
Awalnya sebatas omongan-omongan receh bersama teman-teman diwaktu nongkrong. Kami sering membahas beberapa hal yang mungkin banyak sensitifnya atau bahkan hal-hal yang sering dilupakan. Lalu dengan menggunakan olah digital, saya memulai membuat visual-visual yang sekiranya mudah untuk dipahami dan menarik dipandang. Karya saya juga menggunakan warna-warna basic untuk sementara ini, yaitu merah, putih, hitam, dan biru.


Bagaimana Anda menditribusikan karya Anda di jalan?
Pastinya dengan membagi-bagikan kepada teman-teman yang akan berpergian atau teman yang dari luar kota, lalu setiap mereka menempel saya minta untuk dokumentasinya dengan mengunggah ke Instagram dan menggunakan #dosamovement. Trading, slapping, juga artdrop, juga sebagai penyebaran karya saya. Juga blog yang bisa diakses dengan mudah dan bebas mengunduh desain stiker saya dengan resolusi cukup besar yaitu di: www.dosastreetartmovement.wordpress.com


Menurut Anda, bagaimana perkembangan dunia street art sendiri di kota Anda, terlebih seni stiker? 
Untuk di Salatiga sendiri sticker art bisa dibilang sudah lama muncul, dari berbagai band, ataupun tagging dari nama street art masing-masing. Namun sekarang stiker sebagai sampingan, bukan inti dari projek seni artis itu. Karena biasanya stiker dianggap sebagai second media dari graffiti atau movement lainnya. Mereka menjaga eksistensi nama mereka dengan tagging pada tempat yang dianggap ramai dan tertangkap mata.


Begitulah wawancara singkat padat dan jelas kami dengan DOSA. Pria ramah ini terkenal royal dalam membagikan gambar tempelnya. Museum kami turut menjadi tempatnya menaruh karya. Apabila macan melewati jalanan kota Salatiga maupun Jogja, pasang mata macan baik-baik, karena mungkin saja karya DOSA ada diantaranya. Salam tempel!

Foto: Arsip pribadi Dosa

1 comment: