Pria yang satu ini adalah seorang fotografer
handal. Namun dibalik lensa, tak dinyana ia memiliki sebuah pergerakan visual
dibawah naungan nama yang unik. Poster, wheatpaste
serta stiker tak luput dari permainannya di jalan. Berdomisili asli Salatiga,
inilah dia DOSA MOVEMENT.
Siapa nama street
art Anda?
DOSA atau juga sering DOSA MOVEMENT, agar
terkesan ramai dan memiliki crew.
Bisa dijelaskan mengapa namanya demikian?
Nama Dosa saya ambil sebagai doa agar karya saya
tersebar dimana-mana seperti dosa di zaman kini. Dosa juga memiliki beberapa
penggantian logo, awalnya D.O.(S).A yang mengartikan biasnya doa dan dosa yang
notabene saling bertolak belakang. Lalu seiring berjalannya waktu terjadi
perubahan hanya DOSA saja, dan selanjutnya ide dari teman saya yang memiliki
juga penamaan 'crew' / 'project'
padahal kenyataannya hanya seorang diri. Agar timbul kesan ramai dan masif
ditambahkan Movement pada nama Dosa.
Bagaimana proses Anda menghasilkan karya? Apakah
dengan stensil, grafitti, hand drawing, kolase, atau proses
digital dan teknik lainnya?
Awalnya sebatas omongan-omongan receh bersama
teman-teman diwaktu nongkrong. Kami sering membahas beberapa hal yang mungkin
banyak sensitifnya atau bahkan hal-hal yang sering dilupakan. Lalu dengan
menggunakan olah digital, saya memulai membuat visual-visual yang sekiranya
mudah untuk dipahami dan menarik dipandang. Karya saya juga menggunakan
warna-warna basic untuk sementara
ini, yaitu merah, putih, hitam, dan biru.
Bagaimana Anda menditribusikan karya Anda di
jalan?
Pastinya dengan membagi-bagikan kepada
teman-teman yang akan berpergian atau teman yang dari luar kota, lalu setiap
mereka menempel saya minta untuk dokumentasinya dengan mengunggah ke Instagram
dan menggunakan #dosamovement. Trading, slapping, juga artdrop, juga sebagai penyebaran karya
saya. Juga blog yang bisa diakses dengan mudah dan bebas mengunduh desain
stiker saya dengan resolusi cukup besar yaitu di: www. dosastreetartmovement. wordpress.com
Menurut Anda, bagaimana perkembangan dunia street art sendiri di kota Anda,
terlebih seni stiker?
Untuk di Salatiga sendiri sticker art bisa
dibilang sudah lama muncul, dari berbagai band, ataupun tagging dari nama street art masing-masing. Namun sekarang
stiker sebagai sampingan, bukan inti dari projek seni artis itu. Karena
biasanya stiker dianggap sebagai second media
dari graffiti atau movement lainnya. Mereka menjaga
eksistensi nama mereka dengan tagging pada
tempat yang dianggap ramai dan tertangkap mata.
Begitulah wawancara singkat padat dan jelas kami
dengan DOSA. Pria ramah ini terkenal royal dalam membagikan gambar tempelnya.
Museum kami turut menjadi tempatnya menaruh karya. Apabila macan melewati
jalanan kota Salatiga maupun Jogja, pasang mata macan baik-baik, karena mungkin
saja karya DOSA ada diantaranya. Salam tempel!
Foto: Arsip pribadi Dosa
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete