Medio November lalu saya menghadiri simposium Equator dalam rangka Jogja Bienalle 2014. Saya mengikuti sebuah sesi dimana pengisi materinya adalah kelompok kolektif seniman street art dari Jakarta yaitu Gardu House.
Dari materi yang ditampilkan, saya mendapati komunitas ini (semoga diizinkan apabila saya menyebutnya komunitas) merupakan komunitas yang berawal dari kampus di Jakarta. Lebih tepatnya lagi adalah corat-coret di basement berupa gambar grafitti yang tentunya meresahkan pihak kampus. namun, dengan beberapa perjuagan, akhirnya pihak kampus luluh hatinya dan mengizinkan tembok basement diberdayakan oleh mereka. sungguh sebuah kemenagan yang telak dalam merebut ruang pivat sebuah lembaga akademis.
Menurut sebuah rilisan yang saya baca:
"Gardu
House, didirikan secara kolektif oleh para street artist yang juga
tergabung di Artcoholic merupakan sebuah workshop sekaligus galeri
rumahan non-profite yang diperuntukan sebagai ruang alternatif bagi para
street artist untuk memamerkan karya-karya mereka selain ditembok
jalan. Gardu House juga sebagai wadah untuk para street artist untuk
saling mengenal dan berkolaborasi dalam sebuah projek dan pameran
bersama dengan semangat untuk semakin memajukan street art di Indonesia.
Selain
ruang pamer, Gardu House juga menyediakan merchandise shop dimana para
street artist bisa menaruh merchandise, artwork atau apapun yang
berhubungan dengan street art untuk dipasarkan ke publik.
Kehadiran
Gardu House diharapkan sedikit banyaknya dapat memberikan kontribusi
dalam mendorong pergerakan street art kearah yang lebih baik lagi.
Memberikan ruang gerak yang lebih kepada street artist serta menjadi
gardu penyalur karya teman-teman street artist ke khalayak agar dapat
diapresiasi dengan lebih luas lagi selayaknya fungsi gardu secara
literal"
Deskripsi diatas lantas saya temukan dalam pemaparan materi yang disampaikan oleh Mas Jablai, salah satu pemateri. Kami juga disuguhkan video-video perjalanan karir Gardu House serta aktivitas-aktivitas yang diwadahi. salah satu yang menarik perhatian saya adalah Sunday Sketch Jamming dimana ide ini adalah untuk mengajak teman teman yang memiliki hobi dan ketertarikan terhadap
graffiti berkumpul bersama di Gardu House pada hari Minggu untuk melakukan
sketch. Ide yang brilian ini bahkan mampu menarik minat-minat kawula muda tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga diluar ibukota seperti Bandung, bahkan menyentuh Makassar. Sungguh sebuah gerakan yang hebat. Berikut adalah beberapa penampakan poster acaranya.
Selain Sunday Sketch Jamming, Gardu House juga menyelenggarakan sebuah acara yang menurut saya sangat unik yaitu Glued Sticker Party dimana event ini berusaha untuk mewadahi kreativitas para street artist yang identitasnya tak pernah lepas dari stiker. Pesta stiker ini merupakan salah satu materi favorit. Saya berandai-andai seandainya saja saya hadir pada acara tersebut, niscaya bakal panen stiker-stiker street art untuk museum. Saya menantikan event ini di kesempatan yang akan datang.
Dan yang terakhir adalah Street Dealin', event akhir tahunan dimana para street artist dapat menjual karya mereka langsung terhadap pembeli tanpa perantara ba bi bu. Beragam kawula muda penikmat street art bisa langsung turun menemui artist favorit mereka dan membeli artworks plus plus. Dan, maaf saja, tidak ada tempat untuk para lapakers distro di acara ini. Konsepnya berbeda bung!
Ajang penuh kreativitas ini diramaikan dengan hentakan musik, graffitti dan segala macam turunannya. Suatu saat, Easy Tiger, asia #1 Stickers Museum akan turut mengambil bagian. Kami masih dalam tahap daya dan upaya mengumpulkan stiker-stiker street art yang siap diterjunkan ke Jakarta. Lihat saja! Salam tempel.
Sumber gambar: pbs.twimg.com/media, 2.bp.blogspot.com, http://garduhouse.blogspot.com/search/label/Event